Semua akan terasa mudah saat kamu bersama orang lain, mereka akan
membantu apapun yang sedang kamu butuhkan. Sendirian itu ngga enak, ngga ada
yang bisa diajak ngobrol. Memang benar sih, tapi dalam beberapa hal, percaya
atau ngga, lebih enak dikerjakan sendiri looh. Saya memulai perjalanan
menelusuri tiga kota (atau daerah) di Thailand, dengan meluncur dari bandara
soekarno-hatta bersama dua orang teman, dan memutuskan untuk menjalani dan
mencari pengalaman demi pengalaman dengan hanya bergantung pada satu orang
saja, yaitu saya sendiri. Sebagai seorang sutradara atas perjalanan saya
sendiri. Berikut ini adalah tiga cerita, tiga momen, tiga kota, dalam satu
Negara, Thailand. Selamat menonton, atau membaca.
Cerita BANGKOK (Momen Silaturahmi)
Bersama dua orang teman saya, Putra dan Adhi (yang baru saya temui di
bandara soekarno-hatta saat itu juga), pukul 16:35 maskapai penerbangan yang
(katanya) bertarif murah menerbangkan pesawatnya membawa kami menuju Negara
gajah putih. Tiga jam 40 menit berlalu, sampailah saya dan dua orang teman saya
di bandara suvarnabhumi (dibaca: suwarnapum), Bangkok, Thailand. Dengan muka
ceria, terselip rasa tidak percaya bahwa akhirnya saya berhasil menginjakkan
kaki disini. Mata melihat ke berbagai arah mengagumi benda demi benda, orang
orang yang berlalu lalang, dan pastinya sebagai orang kampung yang telah sukses
menyeberangi pulau, merasa kurang lengkap tanpa dokumentasi diri untuk
membuktikan kalau “I Was here, in Bangkok”, jeprat jepret! *bunyi kamera**
*kamera iPhone*
Suvarnabhumi International Airport |
Permasalahan mata uang Thailand, selesai. Beli SIM Card dengan nomor
Thailand juga selesai (setelah cukup lama memutuskan nomor mana yang akan
digunakan). Dan disinilah saya dan teman-teman saya memutuskan untuk memisahkan
diri karena ketidaksesuaian tempat tinggal (hostel), itinerary perjalanan,
sampai dengan jam tidur masing-masing. Saya bergegas menuju airport railway
link yang berada di lantai dasar bandara, membeli tiket (berbentuk koin
plastik) seharga 40 baht (sekitar Rp.12.000-an) menuju stasiun BTS Phaya Tai.
Diperjalanan dalam kereta saya bertemu dengan sepasang suami-istri asal Sidney,
Matt dan istrinya, Sandra. Mereka sedang mengunjungi adiknya matt yang sedang
berlibur di Thailand (jadi kalau lagi liburan ke Timbuktu, disamperin juga
gitu??).
Saya menyapa, “hai, guys, do you know at what time is the last
train?”. Tanpa memandang kalau didepannya ada tulisan Last train operation:
12pm midnight, mereka menjawab dengan ramah, “I think it’s midnight, we do not
know for sure, it’s our 4th time being here”. “okay, thanks by the
way”, berusaha memaklumi diri sendiri, “yang udah empat kali kesini aja ngga
tau, apalagi yang baru pertama kali” kata saya dalam hati.