Kamis, 04 Oktober 2012

Thailand: 1 Negara, 3 Kota, 3 Cerita (Bangkok)

Thailand: 1 Negara, 3 Kota, 3 Cerita (Bangkok)


Semua akan terasa mudah saat kamu bersama orang lain, mereka akan membantu apapun yang sedang kamu butuhkan. Sendirian itu ngga enak, ngga ada yang bisa diajak ngobrol. Memang benar sih, tapi dalam beberapa hal, percaya atau ngga, lebih enak dikerjakan sendiri looh. Saya memulai perjalanan menelusuri tiga kota (atau daerah) di Thailand, dengan meluncur dari bandara soekarno-hatta bersama dua orang teman, dan memutuskan untuk menjalani dan mencari pengalaman demi pengalaman dengan hanya bergantung pada satu orang saja, yaitu saya sendiri. Sebagai seorang sutradara atas perjalanan saya sendiri. Berikut ini adalah tiga cerita, tiga momen, tiga kota, dalam satu Negara, Thailand. Selamat menonton, atau membaca.

Cerita BANGKOK (Momen Silaturahmi)
Bersama dua orang teman saya, Putra dan Adhi (yang baru saya temui di bandara soekarno-hatta saat itu juga), pukul 16:35 maskapai penerbangan yang (katanya) bertarif murah menerbangkan pesawatnya membawa kami menuju Negara gajah putih. Tiga jam 40 menit berlalu, sampailah saya dan dua orang teman saya di bandara suvarnabhumi (dibaca: suwarnapum), Bangkok, Thailand. Dengan muka ceria, terselip rasa tidak percaya bahwa akhirnya saya berhasil menginjakkan kaki disini. Mata melihat ke berbagai arah mengagumi benda demi benda, orang orang yang berlalu lalang, dan pastinya sebagai orang kampung yang telah sukses menyeberangi pulau, merasa kurang lengkap tanpa dokumentasi diri untuk membuktikan kalau “I Was here, in Bangkok”, jeprat jepret! *bunyi kamera** *kamera iPhone*

Suvarnabhumi International Airport
Permasalahan mata uang Thailand, selesai. Beli SIM Card dengan nomor Thailand juga selesai (setelah cukup lama memutuskan nomor mana yang akan digunakan). Dan disinilah saya dan teman-teman saya memutuskan untuk memisahkan diri karena ketidaksesuaian tempat tinggal (hostel), itinerary perjalanan, sampai dengan jam tidur masing-masing. Saya bergegas menuju airport railway link yang berada di lantai dasar bandara, membeli tiket (berbentuk koin plastik) seharga 40 baht (sekitar Rp.12.000-an) menuju stasiun BTS Phaya Tai. Diperjalanan dalam kereta saya bertemu dengan sepasang suami-istri asal Sidney, Matt dan istrinya, Sandra. Mereka sedang mengunjungi adiknya matt yang sedang berlibur di Thailand (jadi kalau lagi liburan ke Timbuktu, disamperin juga gitu??).

Saya menyapa, “hai, guys, do you know at what time is the last train?”. Tanpa memandang kalau didepannya ada tulisan Last train operation: 12pm midnight, mereka menjawab dengan ramah, “I think it’s midnight, we do not know for sure, it’s our 4th time being here”. “okay, thanks by the way”, berusaha memaklumi diri sendiri, “yang udah empat kali kesini aja ngga tau, apalagi yang baru pertama kali” kata saya dalam hati.